Capaian Pembelajaran (CP) IPA Fase D Kelas VII Kurikulum Merdeka
CAPAIAN
PEMBELAJARAN KURIKULUM MERDEKA
ILMU
PENGETAHUAN ALAM (IPA) FASE D KELAS VII
A. Rasional Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) SMP/MTs/
Program Paket B
Tantangan yang dihadapi umat manusia
di alam semesta kian bertambah dari waktu ke waktu. Permasalahan yang dihadapi saat ini tidak lagi sama dengan permasalahan yang dihadapi satu dekade atau bahkan satu abad yang lalu. Ilmu pengetahuan dan teknologi terus dikembangkan untuk menyelesaikan setiap tantangan yang dihadapi. Oleh karena itu, pola pendidikan ilmu pengetahuan alam perlu disesuaikan agar kelak generasi muda dapat menjawab dan menyelesaikan tantangan-tantangan yang dihadapi
di masa yang akan datang.
Profil pelajar Pancasila, yang diharapkan dimiliki pada setiap peserta didik Indonesia, perlu diperkuat melalui pendidikan IPA.
Ilmu pengetahuan alam atau sains diartikansebagai pengetahuan sistematis yang diperoleh dari suatu observasi, penelitian, dan ujicoba yang mengarah pada penentuan sifat dasar atau prinsip sesuatu yang sedang diselidiki, dipelajari, dan sebagainya (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2016). Ilmu pengetahuan alam adalah aktivitas intelektual dan praktis yang di dalamnya meliputi studi sistematis tentang struktur dan perilaku alam semesta melalui kerja ilmiah. Aktivitas ini memberi pengalaman belajar untuk memahami cara kerja alam semesta melalui pendekatan-pendekatan empiris yang dapat dipertanggung jawabkan. Pemahaman ini dapat mendorong peserta didik untuk memecahkan berbagai permasalahan sains yang pada akhirnya terkait dengan sosial, ekonomi, dan kemanusiaan. Hasil karya peserta didik akan memberi dampak positif langsung pada lingkungannya.
Ilmu pengetahuanalam (IPA) berperan sangat besar dalam kehidupan peserta didik sehingga mereka dapat menjaga keselamatan diri, orang lain, dan alam, mencari potensi-potensi yang terpendam dari alam, baik yang terbarukan maupun yang tidak terbarukan serta membantu manusia mengambil keputusan dalam menyelesaikan masalah. Di jenjang SMP/MTs/Program
Paket B, ilmu pengetahuan alam menjadi satu mata pelajaran tersendiri agar peserta didik memiliki kesempatan yang lebih luas untuk mempelajari topik-topik dalam bidang keilmuan fisika, kimia, biologi, serta bumi dan antariksa.
Prinsip-prinsip dasar metodologi ilmiah dalam pembelajaran IPA akan melatih sikap ilmiah diharapkan akan melahirkan kebijaksanaan dalam diri peserta didik. Sikap ilmiah tersebut antara lain keingintahuan yang tinggi, berpikirkritis, analitis, terbuka, jujur, bertanggungjawab, objektif, tidak mudah putus asa, tekun, solutif, sistematis, dan mampu mengambil kesimpulan yang tepat. Pencapaian pembelajaran IPA diukur dari seberapa kompeten peserta didik dalam menggunakan pemahaman sains dan keterampilan proses (inkuiri; yakni mengamati, mengajukan pertanyaan, mengajukan hipotesis, memilih dan mengelola informasi, merencanakan dan melaksanakan kegiatan aksi serta melakukan refleksi diri), serta mempunyai sikap dan perilaku sehingga peserta didik dapat berkontribusi positif terhadap pengembangan dan kelestarian lingkungannya.
B. Tujuan Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam
(IPA) SMP/MTs/Program Paket
B
Pelajaran
IPA merupakan sarana
yang strategis dalam mengembangkan profil pelajar Pancasila.
Dalam kegiatan pembelajaran IPA, peserta didik akan mempelajari alam semesta ciptaan Tuhanserta berbagai tantangan yang ada didalamnya. Proses ini merupakan media Pembelajaran yang
sangat strategis dalam membangun iman dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa yang berdampak pada sikap berakhlak mulia.
Melalui
proses saintifik maka diharapkan kemampuan peserta didik untuk bernalar kritis agar mampu memproses dan mengelola informasi baik kualitatif maupun kuantitatif secara objektif, membangun keterkaitan antara berbagai informasi,
melakukan analisa,
evaluasi, menarik kesimpulan dan menerapkan hal
yang dipelajari dalam situasi baru. Mata pelajaran IPA diharapkan dapat memfasilitasi peserta didik untuk mandiri dan mampu berkolaborasi dengan orang lain. Selain itu peserta didik dapat menggali potensi
yang dimiliki Indonesia, mengidentifikasi masalah
yang ada di sekitarnya dalam perspektif global.
Dengan mempelajari IPA secara terpadu, peserta didik mengembangkan dirinya sesuai dengan profil pelajar Pancasila dan dapat :
1. Mengembangkan ketertarikan dan rasa ingin tahu sehingga peserta didik terpacu untuk mengkaji fenomena yang ada di sekitar manusia, memahami bagaimana sistem alam semesta bekerja dan memberikan dampak timbal-balik bagi kehidupan manusia;
2. Berperan aktif dalam memelihara,
menjaga, melestarikan lingkungan alam, mengelola sumber daya alam dan lingkungan dengan bijak;
3. Mengembangkan keterampilan proses inkuiri untuk mengidentifikasi, merumuskan hingga menyelesaikan masalah melalui aksi nyata;
4. Memahami persyaratan-persyaratan yang
diperlukan peserta didik untuk menjadi anggota suatu kelompok masyarakat dan bangsa serta memahami arti menjadi anggota masyarakat bangsa dan dunia, sehingga dapat berkontribusi dalam menyelesaikan permasalahan yang berkaitan dengan dirinya dan lingkungan di sekitarnya; dan
5. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep
di dalam IPA serta menerapkan dalam kehidupan sehari-hari.
C.
Karakteristik Mata Pelajaran Ilmu
Pengetahuan Alam (IPA) SMP/MTs/Program Paket B
Ilmu pengetahuan
(sains) merupakan sebuah sistem pengetahuan tentang dunia fisik serta fenomena terkait yang memerlukan observasi tanpa bias serta eksperimentasi yang sistematis
(Gregersen, 2020). Ilmu pengetahuan berkembang seiring dengan perkembangan zaman. Apa yang diketahui sebagai sebuah kebenaran ilmiah pada masa lampau mungkin mengalami pergeseran pada masa kini ataupun masa depan. Jadi, ilmu pengetahuan bersifat dinamis dan perlu terus dikembangkan untuk mengungkap kebenaran dan memanfaatkannya untuk kehidupan.
Pendidikan
IPA secara terpadu berfokus pada kompetensi penerapan kaidah penelitian ilmiah dalam proses belajar. Dengan demikian, diharapkan setelah menguasai IPA, peserta didik memiliki landasan berpikir dan bertindak yang kokoh yang didasarkan atas pemahaman kaidah penelitian ilmiah.
Dalam
pengajaran sains, terdapat dua pendekatan pedagogis: pendekatan deduktif dan induktif
(Constantinou et.al, 2018). Peran guru dalam
pendekatan deduktif adalah menyajikan
suatu konsep dengan logika terkait dan memberikan contoh
penerapannya. Peserta didik diposisikan sebagai pembelajar pasif, yaitu hanya
menerima materi. Sebaliknya, pendekatan proses inkuiri (yang merupakan
pendekatan induktif), peserta didik diberikan kesempatan yang luas untuk
melakukan observasi, melakukan eksperimen dan dibimbing oleh guru untuk
membangun konsep berdasarkan pengetahuan yang dimilikinya (Rocard, et.al.,
2007).
Ada
dua elemen utama dalam pendidikan
IPA yakni pemahaman
IPA dan keterampilan
proses (inkuiri) untuk menerapkan sains dalam kehidupan sehari-hari. Setiap elemen berlaku untuk empat cakupan konten yaitu makhluk hidup,
zat dan sifatnya, energi dan perubahannya, serta bumi dan antariksa.
No |
Elemen |
Deskripsi |
1. |
Pemahaman IPA |
Peserta
didik memiliki kompetensi berpikir ilmiah jika peserta didik memiliki
pemahaman sains yang utuh. Kemampuan berpikir akan berdampak progresif bagi pengembangan
ilmu pengetahuan jika seseorang memiliki pemahaman bidang keilmuan tertentu.
Bernalar kritis dalam pemahaman cakupan konten merupakan hal yang diharapkan
dari peserta didik. Pemahaman IPA selalu dapat dikaitkan dengan kemampuan
berpikir tingkat tinggi (HOTS). Karenanya, dalam mencapai kompetensi itu
peserta didik diharapkan memiliki pemahaman konsep sains yang sesuai dengan
cakupan setiap konten dan perkembangan jenjang belajar. Pemahaman atas
cakupan konten yang dibangun dalam diri peserta didik haruslah menunjukkan
keterkaitan antara biologi, fisika dan kimia. Akibatnya, peserta didik
memahami sains secara menyeluruh untuk cakupan konten tertentu. Pemahaman ini
meliputi kemampuan berpikir sistemik, memahami konsep, hubungan antar konsep,
hubungan kausalitas (sebab-akibat) serta tingkat hierarkis suatu konsep. |
2. |
Keterampilan proses |
Dalam
profil Pelajar Pancasila, disebutkan bahwa peserta didik Indonesia yang
bernalar kritis mampu memproses informasi baik kualitatif maupun kuantitatif
secara objektif, membangun keterkaitan antara berbagai informasi,
menganalisis informasi, mengevaluasi, dan menyimpulkannya. Dengan
memilikiketerampilan proses yang baik maka profil tersebut dapat dicapai.
Keterampilan proses adalah sebuah proses intensional dalam melakukan diagnosa
terhadap situasi, memformulasikan permasalahan, mengkritisi suatu eksperimen
dan menemukan perbedaan dari alternatif-alternatif yang ada, mencari opini
yang dibangun berdasarkan informasi yang kurang lengkap, merancang
investigasi, menemukan informasi, menciptakan model, mendebat rekan sejawat
menggunakan fakta, serta membentuk argumen yang koheren (Linn, Davis, &
Bell 2004). Inkuiri sangat direkomendasikan sebagai bentuk pendekatan dalam
pengajaran karena hal ini terbukti membuat peserta didik lebih terlibat dalam
pembelajaran (Anderson, 2002). Dalam pembelajaran IPA, terdapat dua
pendekatan pedagogis: pendekatan deduktif dan induktif (Constantinou et.al,
2018). Peran guru dalam pendekatan deduktif adalah menyajikan suatu konsep
berikut logika terkait dan memberikan contoh penerapan. Dalam pendekatan ini,
peserta didik diposisikan sebagai pembelajar yang pasif (hanya menerima
materi). Sebaliknya, dalam pendekatan induktif, peserta didik diberikan
kesempatan yang lebih leluasa untuk melakukan observasi, melakukan eksperimen
dan dibimbing oleh guru untuk membangun konsep berdasarkan pengetahuan yang
dimiliki (Rocard, et.al., 2007). Pembelajaran berbasis inkuiri memiliki peran
penting dalam pendidikan sains (e.g. Blumenfeld et al., 1991; Linn, Pea,
& Songer, 1994; National Research Council, 1996; Rocard et al., 2007).
Hal ini didasarkan pada pengakuan bahwa sains secara esensial didorong oleh
pertanyaan, proses yang terbuka, kerangka berpikir yang dapat dipertanggungjawabkan,
dan dapat diprediksi. Oleh karenanya peserta didik perlu mendapatkan
pengalaman personal dalam menerapkan inkuiri saintifik agar aspek fundamental
IPAS ini dapat membudaya dalam dirinya (Linn, Songer, & Eylon, 1996; NRC,
1996). Menurut Ash (2000) dan diadopsi dari Murdoch (2015),
sekurang-kurangnya ada enam keterampilan inkuiri yang perlu dimiliki peserta
didik. 1. Mengamati
Mengamati sebuah fenomena dan
peristiwa merupakan awal dari proses inkuiri yang akan terus berlanjut ke
tahapan berikutnya. Pada saat melakukan pengamatan, peserta didik
memperhatikan fenomena dan peristiwa dengan saksama, mencatat,
sertamembandingkan informasi yang dikumpulkan untuk melihat persamaan dan
perbedaannya. Pengamatan bisa dilakukan langsung atau menggunakan instrumen
lain seperti kuisioner, wawancara. 2. Mempertanyakan
dan memprediksi Peserta didik didorong untuk mengajukan pertanyaan tentang
hal-hal yang ingin diketahui pada saat melakukan pengamatan. Pada tahap ini
peserta didik juga menghubungkan pengetahuan yang dimiliki dengan pengetahuan
baru yang akan dipelajari sehingga bisa memprediksi apa yang akan terjadi
dengan hukum sebab akibat. 3. Merencanakan
dan melakukan penyelidikan Setelah mempertanyakan dan membuat prediksi
berdasarkan pengetahuan dan informasi yang dimiliki, peserta didik membuat
rencana dan menyusun langkah- langkah operasional berdasarkan referensi yang
benar. Peserta didik dapat menjawab pertanyaan dan membuktikan prediksi
dengan melakukan penyelidikan. Tahapan ini juga mencakup identifikasi dan
inventarisasi faktor-faktor operasional baik internal maupun eksternal di
lapangan yang mendukung dan menghambat kegiatan. Berdasarkan perencanaan
tersebut, peserta didik mengambil data dan melakukan serangkaian tindakan
yang dapat digunakan untuk mendapatkan temuan-temuan. 4. Memproses,
menganalisis data dan informasi Peserta didik memilih dan mengorganisasikan
informasi yang diperoleh. Ia menafsirkan informasi yang didapatkan dengan
jujur dan bertanggung jawab. Selanjutnya, menganalisis menggunakan alat dan
metode yang tepat, menilai relevansi informasi yang ditemukan dengan
mencantumkan referensi rujukan, serta menyimpulkan hasil penyelidikan. 5. Mengevaluasi
dan refleksi Pada tahapan ini peserta didik menilai apakah kegiatan yang
dilakukan sesuai dengan tujuan yang direncanakan atau tidak. Pada akhir
siklus ini, peserta didik juga meninjau kembali proses belajar yang dijalani
dan hal- hal yang perlu dipertahankan dan/atau diperbaiki pada masa yang akan
datang. Peserta didik melakukan refleksi tentang bagaimana pengetahuan baru
yang dimilikinya dapat bermanfaat bagi diri sendiri, orang lain, dan
lingkungan sekitar dalam perspektif global untuk masa depan berkelanjutan. 6. Mengomunikasikan
hasil Peserta didik melaporkan hasil secara terstruktur melalui lisan atau
tulisan,menggunakan bagan, diagram maupun ilustrasi, serta dikreasikan ke
dalam media digital dan non-digital untuk mendukung penjelasan. Peserta didik
lalu mengomunikasikan hasil temuannya dengan mempublikasikan hasil laporan
dalam berbagai media, baik digital dan atau non digital. Pelaporan dapat
dilakukan berkolaborasi dengan berbagai pihak. Keterampilan proses tidak selalu
merupakan urutan langkah, melainkan suatu siklus yang dinamis yang dapat
disesuaikan berdasarkan perkembangan dan kemampuan peserta didik. |
D. Capaian Pembelajaran Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam
(IPA) SMP/MTs/Program Paket B Fase D (Umumnya untuk kelas VII sampai IX
SMP/MTs/Program Paket B)
Berbekal
capaian pembelajaran yang telah diperoleh di fase sebelumnya, peserta didik
mendeskripsikan bagaimana hukum-hukum alam terjadi pada skala mikro hingga
skala makro dan membentuk sistem yang saling bergantung satu sama lain. Pada
fase ini, peserta didik mengimplementasikan pemahaman terhadap konsep-konsep
yang telah dipelajari untuk membuat keputusan serta menyelesaikan permasalahan
yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari.