Nilai-Nilai Islam dan Kearifan Lokal dari Berbagai Suku di Indonesia
Materi Ajar SKI Kelas IX MTs Balah Aie.
Oleh: Salmiati, S.Ag.
1. Implementasi Nilai-Nilai Islam di Masyarakat
Sebagai pedoman dasar, Islam mengatur seluruh sisi
kehidupan manusia tanpa dibatasi tempat dan zaman. Islam tidak hanya berlaku
untuk bangsa Arab meskipun diturunkan di Jazirah Arab. Oleh karena itu,
nilai-nilai Islam harus mewarnai segala aspek kehidupan.
Berbagai macam pengejawantahan nilai-nilai Islam dalam
masyarakat di Indonesia mengalami proses sejarah yang panjang. Usaha
“membumikan” nilai-nilai Islam jejaknya masih tampak jelas sampai saat ini.
Implementasi nilai-nilai ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari, misalnya
penggunaan nama-nama hari dalam penanggalan, nama-nama orang, pemakaian
perhitungan bulan-bulan Hijrah untuk kegiatan ibadah keagamaan, penggunaan
kosakata bahasa Arab, dan seterusnya.
2. Kearifan
Lokal dari Berbagai Suku di Indonesia
a. Masyarakat
Jawa
- Tahlilan (bacaan yang diambil dari ayat-ayat Al-Qur’an dan Hadits sampai doa yang dibaca sendiri maupun dipimpin oleh seorang imam dan diikuti oleh beberapa orang, baik untuk hajat sendiri maupun orang lain)
- Pengajian (menyampaikan materi-materi keagamaan kepada orang lain pada momen/waktu tertentu, seperti seperti pengajian Ahad Pon, Jum’at Wage, Ahad pagi, malam Jum’at, pengajian bapak-bapak, pengajian ibu-ibu, bandongan, sorogan, dan sebagainya)
- Peringatan Hari Besar Islam (suatu acara untuk memperingati peristiwaperistiwa besar (penting) yang terjadi dalam sejarah Islam dalam bentuk ceramah agama, puasa, membaca shalawat, maupun shalat)
- Sekaten (upacara untuk memperingati Maulid/Maulud Nabi Muhammad Saw.)
- Grebek Maulud (puncak peringatan Maulud di Masjid Agung)
- Takbiran (mengucapkan takbir bersama-sama pada malam 1 Syawal/Idul Fitri di masjid/mushala atau berkeliling kampung)
- Likuran (diselenggarakan setiap malam tanggal 21 Ramadhan menyambut datangnya malam Lailatul Qadar)
- Megengan (upacara menabuh beduk sebagai tanda bahwa besok sudah memasuki bulan Ramadhan dan semua umat Islam wajib melaksanakan puasa)
- Suranan (budaya berziarah ke makam para wali serta membagikan makanan khas berupa bubur suro sebagai tanda syukur kepada Allah Swt.)
- Nyadran (ziarah kubur untuk menghormati orang tua atau leluhur dengan mendoakan arwah mereka serta bersih makam dan desa dari pagi sampai menjelang waktu Zhuhur)
- Lebaran Ketupat (disebut juga dengan bakda kupat yang dilaksanakan seminggu setelah pelaksanaan hari raya Idul Fitri)
b. Kearifan
Lokal di Madura
- Sholawatan (kegiatan membaca shalawat di rumah-rumah penduduk secara bergantian (berkeliling)
- Rokat Tase (pembacaan istighasah dan tahlil bersama oleh masyarakat yang dipimpin oleh pemuka agama setempat. Setelah itu, melepaskan sesaji [ketan, tumpeng, ikan, dan sebagainya ke laut] sebagai ungkapan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa)
- Rokat (diadakan jika di dalam suatu keluarga hanya ada satu orang laki-laki dari lima bersaudara, yakni mengundang topeng yang diiringi dengan alunan musik gamelan sembari dibacakan macapat atau mamaca)
- Muludhen (menyambut Maulid Nabi Muhammad Saw. dengan cara membaca Barzanji, Diba’i, atau al-Burdah)
c. Kearifan
Lokal di Sunda
- Upacara Tingkeban (upacara pada saat seorang ibu hamil dan usia kandungannya mencapai 7 bulan agar bayi yang di dalam kandungan serta ibu yang melahirkan selamat)
- Reuneuh Mundingeun (upacara untuk perempuan yang mengandung lebih dari 9 bulan, tetapi belum melahirkan juga)
- Tembuni (upacara mengubur tembuni (placenta) yang sudah dibersihkan, bisa dikuburkan di halaman/area di sekitar rumah ataupun dihanyutkan ke sungai disertai pembacaan doa agar bayi itu selamat dan kelak berbahagia)
- Gusaran (budaya meratakan gigi anak perempuan dengan alat khusus disertai pembacaan doa dan shalawat kepada Nabi Muhammad Saw.)
- Sunatan/Khitanan (kegiatan ini dilakukan dengan maksud agar alat vital anak bersih dari najis)
- Cucurak (memasak makanan yang berbeda-beda, kemudian dikumpulkan di masjid terdekat untuk dibagikan dan dimakan bersama)
d. Kearifan
Lokal di Melayu
- Petang Megang (budaya masyarakat Melayu yang dilaksanakan di Sungai Siak dengan berziarah ke berbagai makam pemuka agama dan tokoh-tokoh penting Riau)
- Balimau Kasai (upacara tradisional untuk menyambut bulan suci Ramadhan sebagai simbol penyucian dan pembersihan diri)
- Tahlil Jamak atau Kenduri Ruwah (tahlil jamak berupa dzikir dan doa untuk para arwah orang tua atau sesama muslim serta kenduri dengan sajian menu yang bersumber dari sumbangan sukarela warga)
- Barzanji (pembacaan Barzanji diiringi penggunaan alat musik modern agar masyarakat Melayu Islam dapat mengambil pelajaran dari kehidupan Nabi Muhammad Saw.)
e. Kearifan
Lokal di Bugis
- Upacara Ammateang (upacara masyarakat Bugis saat seseorang di dalam suatu kampung meninggal dunia, di mana pelayat yang hadir biasanya membawa sumbangan atau amplop kepada keluarga yang ditinggalkan)
- Mabbarasanji/Barzanji/Barazanji (budaya masyarakat Bugis yang mengandung estetika tinggi dan kesakralan serta dibagi-bagi dalam banyak jenis, seperti Barazanji Bugis ‘Ada’ Pa’bukkana’; Barazanji Bugis ‘Ri Tampu’na’ Nabitta’; Barazanji Bugis ‘Ajjajingenna’; dan lain-lain)
f. Kearifan
Lokal di Minang
- Salawat Dulang (cerita memuji Nabi Muhammad Saw. atau berhubungan dengan persoalan agama Islam diiringi irama bunyi ketukan jari pada dulang atau piring logam besar [memperingati hari-hari besar agama Islam dan alek nagari])
- Makan Bajamba/Makan Barapak (budaya makan masyarakat Minangkabau dengan cara duduk bersama-sama di dalam suatu ruangan atau tempat di hari-hari besar agama Islam dan dalam berbagai upacara/pesta adat dan pertemuan penting)
- Mandi Balimau (budaya membersihkan hati dan tubuh manusia dalam rangka mempersiapkan diri untuk melaksanakan ibadah puasa dengan cara mengguyur seluruh anggota tubuh dan keramas